Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975, ketika
diluncurkannya sistem satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem
satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu:
mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan es
kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global. Dalam konteks geodesi, objektif terakhir dari misi satelit altimetri
tersebut adalah yang menjadi perhatian. Dengan kemampuannya untuk
mengamati topografi dan dinamika dari permukaan laut secara kontinyu,
maka satelit altimetri tidak hanya bermanfaat untuk pemantauan perubahan
MSL global, tetapi juga akan bermanfaat untuk beberapa aplikasi
geodetik dan oseanografi seperti yang diberikan [SRSRA, 2001; Seeber,
1993]:
- Penentuan topografi permukaan laut (SST)
- Penentuan topografi permukaan es
- Penentuan geoid di wilayah lautan
- Penentuan karakteristik arus dan eddies
- Penentuan tinggi (signifikan) dan panjang (dominan) gelombang
- Studi pasang surut di lepas pantai
- Penentuan kecepatan angin di atas permukaan laut
- Penentuan batas wilayah laut, dan es
- Studi fenomena El Nino
- Manajemen sumber daya laut
- Unifikasi datum tinggi antar pulau
- Penentuan topografi permukaan laut (SST)
- Penentuan topografi permukaan es
- Penentuan geoid di wilayah lautan
- Penentuan karakteristik arus dan eddies
- Penentuan tinggi (signifikan) dan panjang (dominan) gelombang
- Studi pasang surut di lepas pantai
- Penentuan kecepatan angin di atas permukaan laut
- Penentuan batas wilayah laut, dan es
- Studi fenomena El Nino
- Manajemen sumber daya laut
- Unifikasi datum tinggi antar pulau
Begitu banyak hal yang dapat kita pelajari dengan mengaplikasikan
teknologi Satelit Altimetri, sehingga teknologi ini mulai menjadi trend
baru dalam dunia science dan rekayasa geodesi kelautan, oceanografi, dan
bidang-bidang ilmu terkait lainnya.
————————————————————————————————————————————————-
Prinsip Dasar Satelit Altimetri
Prinsip Dasar Satelit Altimetri
Satelit Altimetri diperlengkapi dengan pemancar pulsa radar
(transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam
berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh
satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar)
kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan
laut dan diterima kembali oleh satelit.
Informasi utama yang ingin ditentukan dengan satelit altimetri adalah
topografi dari muka laut. Hal ini dilakukan dengan mengukur ketinggian
satelit di atas permukaan laut dengan menggunakan waktu tempuh dari
pulsa radar yang dikirimkan kepermukaan laut, dan dipantulkan kembali ke
satelit.
Untuk mengeliminasi efek dari gelombang serta gerakan muka laut
berfrekuensi tinggi lainnya, jarak ukuran adalah jarak rata-rata dalam
daerah footprint. Dari data rekaman waktu tempuh sinyal kita dapat
menentukan posisi vertikal permukaan laut, topografi muka laut (SST),
Undulasi Geoid, Topografi es, lokasi dan kecepatan arus laut. Dari data
amplitudo gelombang pantul kita dapat memperoleh informasi mengenai
kecepatan angin sepanjang permukaan groundtrack satelit, dan batas laut
serta es. Sementara itu dari data bentuk dan struktur muka gelombang
pantul kita dapat melihat tinggi gelombang, panjang gelombang dominan,
informasi termoklin, dan kemiringan lapisan es.
————————————————————————————————————————————————-
Kesalahan dan Bias pada sistem Satelit Altimetri
Secara umum kesalahan dan bias yang mempengaruhi data pengamatan
satelit altimetri terbagi menjadi empat sistem kesalahan. Yang pertama
adalah kesalahan dan bias yang terkait dengan sensor meliputi kesalahan
waktu altimeter, kesalahan kalibrasi altimeter, kesalahan pengarahan
(pointing) altimeter, dan noise dari altimeter. Sistem kesalahan dan
bias yang kedua yaitu kesalahan dan bias yang terkait dengan propagasi
sinyal yang terdiri dari refraksi ionosfer, refraksi troposfer
(komponen kering dan basah). Yang ketiga adalah kesalahan dan bias yang
terkait dengan satelit meliputi kesalahan orbit, kesalahan sistem
koordinat dari stasiun-stasiun kontrol. Sistem kesalahan dan bias yang
keempat yaitu kesalahan dan bias yang terkait dinamika muka laut berupa
bias elektromagnetik (perbedaan antara muka laut rata-rata dengan muka
laut pantulan rata-rata yang disebabkan oleh tingkat kekasaran muka laut
yang tidak homogen secara spasial), skewnes bias (beda tinggi antara
muka laut pantulan rata-rata dengan muka pantulan median yang diukur
oleh penjejak satelit yang disebabkan oleh distribusi tinggi muka laut
yang tidak normal).
Dengan perkembangan teknologi, resolusi data ukuran jarak altimeter
semakin baik, dari sekitar 1 meter pada tahun 1973 sampai dengan 1-2
sentimeter pada saat sekarang ini. Namun demikian tingkat ketelitian
akhir dari jarak ukuran akan sangat tergantung pada tingkat kesuksesan
pereduksian dan pengeliminasian dari kesalahan dan bias yang
mengkontaminasi data ukuran.
————————————————————————————————————————————————-
Misi Misi Satelit Altimetri
Sejak peluncuran Skylab pada tahun 1973, sampai dengan saat ini sudah
cukup banyak misi satelit altimetri yang diluncurkan dengan objektifnya
masing-masing. Misi-misi tersebut antara lain GEOS-3, SEASAT, GEOSAT,
ERS-1, TOPEX/POSEIDON, dan ERS-2.
Setiap sistem satelit altimetri umumnya mempunyai karakteristik orbit
dan altimeter tersendiri. Selain itu satelit altimetri juga mempunyai
bentuk konfigurasi tubuh yang berbeda-beda. Sebagai contoh untuk
satelit TOPEX/Poseidon, selain dilengkapi dengan altimeter, satelit juga
membawa sensor-sensor microwave radiometer, antena GPS, antena DORIS,
dan Laser Retroreflectors (LRR). Sedangkan untuk ERS-1, selain membawa
radar altimeter, satelit juga dilengkapi dengan sensor-sensor wind
scatterometer (SCAT), sysnthetic aperture radar (SAR), LRR, Along Track
Scanning Radiometer (ATSR) Microwave Sounder, ATSR Infrared Radiometer,
Precise Range and Range Rate Equipment (PRARE). Sedangkan satelit
ERS-2, disamping altimeter radar juga membawa sensor-sensor SAR, SCAT,
ATSR, Microwave Sounder, Global Ozon Monitoring Experimant (GOME),
PRARE, dan LRR.
————————————————————————————————————————————————–
Contoh-contoh Aplikasi Satelit Altimetri
Seperti sudah disebutkan sebelumnya, aplikasi satelit altimetri dalam
bidang geodesi dan bidang terkait lainnya antara lain penentuan
topografi permukaan laut (SST), penentuan topografi lapisan es,
penentuan karakteristik dan pola arus, pasut, dan gelombang, penentuan
penentuan kecepatan angin di atas permukaan laut, penentuan geoid di
wilayah lautan, penentuan batas laut dengan lapisan es, serta unifikasi
datum tinggi di wilayah kepulauan.
Yang dimaksud dengan SST (Sea Surface Topography) adalah deviasi muka
laut dari permukaan geoid, yaitu perbedaan dalam tinggi ellipsoid
antara permukaan laut dengan permukaan geoid. SST sendiri dapat dibagi
atas dua komponen, yaitu komponen statik dan dinamik. Komponen statik
terutama disebabkan oleh arus laut, efek meteorologis, serta
inhomogenitas pada distribusi salinitas dan temperatur air laut.
Sedangkan komponen dinamik terutama disebabkan oleh fenomena gelombang,
pasang surut, dan variasi tekanan udara.
Pada pengamatan dengan satelit altimetri yang teramati pada saat
pengukuran adalah SST sesaat, sedangkan yang ingin diketahui umumnya
adalah SST statik. Untuk memperolehnya maka dilakukan pengamatan dalam
fungsi waktu kemudian dilakukan perata-rataan.
Satelit altimetri juga dapat dimanfaatkan untuk mempelajari variasi
SST terhadap waktu dalam skala spasial regional, mempelajari variasi
dari MSL (Mean Sea Level) terhadap waktu, menentukan variasi spasial
dari anomali gaya berat (gravity anomaly), mengestimasi kecepatan dan
pola arus laut, mengestimasi tinggi gelombang signifikan dan juga
kecepatan angin.